Total Tayangan Halaman

Kamis, 29 Juni 2017

BIMBINGAN DAN KONSELING


 
Bimbingan Konseling, Bimbingan adalah Proses pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan ( agama dan budaya) sehingga men-capai kehidupan yang bermakna (berbahagia, baik secara personal maupun sosial)”

  Bimbingan konseling“Proses interaksi antara konselor dengan klien/konselee baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (melalui media : internet, atau telepon) dalam rangka mem-bantu klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya”.
Fungsi layanan Bimbingan dan Konseling
  • fungsi pemahaman
Memahami Karakteristik/Potensi/Tugas-tugas perkembangan Peserta didik dan membantu mereka untuk memahaminya secara objektif/realistik
  • fungsi preventif
Memberikan Layanan orien-tasi dan informasi mengenai berbagai aspek kehidupan yg patut dipahami peserta didik agar mereka tercegah dari masalah
  • fungsi pengembangan
Memberikan Layanan Bimbingan untuk Membantu Peserta didik Mampu Mengembangkan potensi dirinya/Tugas-tugas perkembagannya
 
  • fungsi kuratif
Membantu para Peserta didik agar mereka dapat memecahkan masalah yang dihadapinya (pribadi,sosial, belajar,atau karir)

Jenis – jenis Bimbingan dan Konseling
Bimbingan akademik
Bertujuan:
  1. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif.
  2. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat
  3. Memiliki keterampilan belajar yang efektif.
  4. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan belajar/pendidikan.
  5. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
  6. Memiliki keterampilan membaca buku.
Bimbingan pribadi/social
Bertujuan:
  1. Mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME.
  2. Memiliki pemahaman ttg irama kehidupan yg bersifat fluktuatif (antara anugrah dan musibah) dan mampu meresponnya dg positif.
  3. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif
  4. Memiliki sikap respek thd diri sendiri
  5. Dapat mengelola stress
  6. Mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang diharamkan agama
  7. Memahami perasaan diri dan mampu mengekspresikannya secara wajar
  8. Memiliki kemampuan memecahkan masalh
  9. Memiliki rasa percaya diri
  10. Memiliki mental yang sehat
Bimbingan karier
Bertujuan:
  1. Memiliki pemahaman tentang sekolah-sekolah lanjutan.
  2. Memiliki pemahaman bahwa studi merupakan investasi untuk meraih masa depan.
  3. Memiliki pemahaman tentang kaitan belajar dengan bekerja.
  4. Memiliki pemahaman tentang minat dan kemampuan diri yang terkait dengan pekerjaan.
  5. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir.
  6. Memiliki sikap positif terhadap pekerjaan.
  7. Memiliki sikap optimis dalam menghadapi masa depan.
  8. Memiliki kemauan untuk meningkatkan kemampuan yang terkait dg pekerjaan.
Bimbingan keluarga
Bertujuan:
  1. Memiliki sikap pemimpin dalam keluarga
  2. Mampu memberdayakan diri secara produktif
  3. Mampu menyesuaikan diri dengan norma yang ada dalam keluarga
  4. Mampu berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.
Tujuan diberikannya layanan Bimbingan dan Konseling
  1. Menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam berperilaku
  2. Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek nilai dan berani menghadapi resiko.
  3. Memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control) dalam mengekspresikan emosi atau dalam memenuhi kebutuhan diri.
  4. Mampu memecahkan masalah secara wajar dan objektif.
  5. Memelihara nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dalamberinteraksi dengan orang lain.
  6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kodrati laki-laki atau perempuan sebagai dasar dalam kehidupan sosial
  7. Mengembangkan potensi diri melalui berbagai aktivitas yang positif
  8. Memperkaya strategi dan mencari peluang dalam berbagai tantangan kehidupan yang semakin kompetitif.
  9. Mengembangkan dan memelihara penguasaan perilaku, nilai, dan kompetensi yang mendukung pilihan karir.
  10. Meyakini nilai-nilai yg terkandung dalam pernikahan dan berkeluarga sebagai upaya untuk menciptakan masyarakat yg bermartabat.

Pendidikan Anak Prasekolah



PENDIDIKAN ANAK PRA SEKOLAH 

A.      Mengenal Pendidikan Anak

Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan yang diberikan kepada anak-anak balita sebelum masuk sekolah taman kanak-kanak atau pendidikan dasar pertama yaitu sekolah dasar (SD). Sistem pendidikan ini juga sering dinamakan dengan pendidikan usia dini atau PAUD. Sistem pendidikan pra sekolah ini pertama kali dikenal oleh masyarakat ketika mereka mulai menyadari arti pentingnya mendidik anak sejak dini. Sehingga penyelenggaraannya juga lebih sering dilakukan oleh masyarakat sendiri melalui berbagai macam organisasi seperti PKK atau Lembaga Swadaya Masyarakat lain yang bergerak di bidang pendidikan.
Adapun tujuan utama dari pendidikan pra sekolah adalah untuk mengembangkan tingkat kecerdasan dan mental baik secara fisik dan rohani, serta membentuk karakter anak agar bisa mengatur perasaan emosi serta punya jiwa sosial yang tinggi. Sehingga ketika mereka masuk pada tingkat pendidikan dasar pertama, anak-anak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan lebih mandiri.
Mendidik anak sejak dini memang memang perlu melibatkan masyarakat umum bukan sekedar menjadi tugas orangtua semata. Karena rentang usia antara nol hingga enam tahun adalah masa emas dimana otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga mencapai 80%. Pada usia ini anak dengan mudah menyerap berbagai informasi melalui obyek yang dilihat dan diamati.
Namun pada usia ini pula anak belum bisa membedakan mana info yang baik dan yang tidak baik bagi mereka. Dan yang tidak boleh dilupakan, anak-anak ini ketika melakukan pengamatan tidak terbatas pada lingkup keluarganya saja, namun sudah mulai merambah pada lingkungan luar rumah. Dari sini sistem pendidikan pra sekolah untuk mendidik anak sejak dini yang diadakan akan punya peran yang penting.
Sebab pendidikan pra sekolah atau PAUD akan mengajarkan pada anak untuk memilih mana info yang boleh dijadikan contoh dan info yang tidak boleh diserap. Sehingga mereka sudah bisa membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang merupakan pelanggaran serta tidak boleh ketika masuk pada pendidikan dasar pertama.



   Ciri-ciri anak TK dan prasekolah yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif.

1.      Ciri Fisik Anak Prasekolah Atau TK.
Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya. Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.

2.      Ciri Sosial Anak Prasekolah atau TK
Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.

3.      Ciri Emosional Anak Prasekolah atau TK
Anak TK cenderung mngekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.

4.      Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK
cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut:
a.     Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b.      Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak.
c.      Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

PENDIDIKAN  ANAK  BERKEBUTUHAN  KHUSUS

Dahulu istilah "ketidakmampuan" (disability) dan "cacat" (handicap) dapat dipakai bersama-sama. namun kedua istilah tersebut telah dibedakan. Disability adalah ketidakmampuan personal yang membatasi pelaksanaan fungsi seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan.

Para pendidik lebih sering menggunakan istilah "children with disabilities" ketimbang "disabled children". tujuannya adalah memberi penekanan pada anaknya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya. 
anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi disebut sebagai "handicapped" (penyandang cacat), walaupun istilah Handicapping Condition masih digunakan untuk mendeskripsikan hambatan belajar dan hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan. Misalnya, ketika anak yang menggunakan kursi roda tidak memiliki akses yang memadai untuk ke kamar mandi,transportasi, dan sebagainya, , maka ini disebut Handicapping condition.

Ketidakmampuan dan gangguan (disorders) dapat dikelompokan menjadi :

  1. Gangguan Indra  
Gangguan Indra mencakup gangguan atau kerusakan pengelihatan dan pendengaran.



  • Gangguan Pengelihatan. Beberapa murid mengalami problem pengelihatan (visual) yang masih belum diperbaiki. jika anda melihat murid yang sering memcingkan matanya , mengucek matanya, membaca terlalu dekat, dan sering mengeluh karena pandangannya kabur atau suram, maka suruh mereka untuk memeriksakan matanya. ( Boyles & Contadino, 1997). Tetapi ada segelintir murid menderita gangguan visual serius dan dikategorikan rusak pengelihatannya. Ini termasuk murid yang menderita low vision dan murid buta.
Anak-anak yang menderita low vision punya jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 ( pada skala Snallen dimana angka normalnya adalah 20/20) apabila dibantu lensa korektif. Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik (Bowe, 2000).
GANGGUAN PENDENGARAN
  • Gangguan Pendengaran. Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Dalam kelas anda mungkin ada anak seperti ini yang belum terdeteksi. Jika anda melihat murid yang menempelkan telinganya ke speaker, sering minta pengulangan penjelasan, tidak mengikuti perintah, atau sering mengeluh sakit telinga, dingin dan alergi, suruh mereka untuk memeriksakan diri ke ahli THT ( Patterson & Wright, 1990). Beberapa kemajuan medis dan teknologi, seperti yang disebutkan di sini, juga telah meningkatkan kemampuan belajar anak yang menderita masalah pendengaran (Boyles & Contadino, 1997):
a.       Menempatkan semacam alat ditelinga
b.      Sistem hearing aids dan amplifikasi
c.       Perangkat telekomunikasi, teletypewriter-telephone, dan radiomail.
GANGGUAN FISIK
Gangguan fisik anak antara lain adalah gangguan ortopedik, seperti gangguan karena cedera di otak (cerebral palsy), dan gangguan kejang-kejang (seizure). Banyak anak yang mengalami gangguan fisik ini membutuhkan pendidikan khusus dan pelayanan khusus, seperti transportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan sekolah, dan pelayanan psikologi khusus.
Gangguan Ortopedik
Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, dan sendi.
Cerebral Palsy
Gangguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas.
GANGGUAN BICARA DAN BAHASA
Gangguan bicara dan bahasa antara lain masalah dalam berbicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan bicara). Gangguan artikulasi adalah problem dalam pengucapan suara secara benar. Gangguan suara tampak dalam ucapan yang tidak jelas, keras, terlalu kencang, terlalu tinggi, atau terlalu rendah. Gangguan kefasihan atau kelancaran bicara biasanya dinamakan “gagap”. Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresi anak.
GANGGUAN PRILAKU DAN EMOSIONAL
Gangguan prilaku dan emosional terdiri dari problem serius dan terus menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosioemosional yang tidak tepat. Kira-kira 8% dari anak yang menderita ketidakmampuan dan memerlukan pendidikan tersendiri termasuk kedalam klasifikasi ini. Anak lelaki tiga kali lebih besar kemungkinannya mengalami gangguan ini dibandingkan anak perempuan (U.S. Department of Education, 2000). Ada bermacam macam istilah untuk mendeskripsikan gangguan emosional dan perilaku, antara lain emotional disturbances, behavior disorders, dan maladjusted children (Coleman & Webber, 2002).