Total Tayangan Halaman

Kamis, 29 Juni 2017

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

PENDIDIKAN  ANAK  BERKEBUTUHAN  KHUSUS

Dahulu istilah "ketidakmampuan" (disability) dan "cacat" (handicap) dapat dipakai bersama-sama. namun kedua istilah tersebut telah dibedakan. Disability adalah ketidakmampuan personal yang membatasi pelaksanaan fungsi seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan.

Para pendidik lebih sering menggunakan istilah "children with disabilities" ketimbang "disabled children". tujuannya adalah memberi penekanan pada anaknya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya. 
anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi disebut sebagai "handicapped" (penyandang cacat), walaupun istilah Handicapping Condition masih digunakan untuk mendeskripsikan hambatan belajar dan hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan. Misalnya, ketika anak yang menggunakan kursi roda tidak memiliki akses yang memadai untuk ke kamar mandi,transportasi, dan sebagainya, , maka ini disebut Handicapping condition.

Ketidakmampuan dan gangguan (disorders) dapat dikelompokan menjadi :

  1. Gangguan Indra  
Gangguan Indra mencakup gangguan atau kerusakan pengelihatan dan pendengaran.



  • Gangguan Pengelihatan. Beberapa murid mengalami problem pengelihatan (visual) yang masih belum diperbaiki. jika anda melihat murid yang sering memcingkan matanya , mengucek matanya, membaca terlalu dekat, dan sering mengeluh karena pandangannya kabur atau suram, maka suruh mereka untuk memeriksakan matanya. ( Boyles & Contadino, 1997). Tetapi ada segelintir murid menderita gangguan visual serius dan dikategorikan rusak pengelihatannya. Ini termasuk murid yang menderita low vision dan murid buta.
Anak-anak yang menderita low vision punya jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 ( pada skala Snallen dimana angka normalnya adalah 20/20) apabila dibantu lensa korektif. Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik (Bowe, 2000).
GANGGUAN PENDENGARAN
  • Gangguan Pendengaran. Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Dalam kelas anda mungkin ada anak seperti ini yang belum terdeteksi. Jika anda melihat murid yang menempelkan telinganya ke speaker, sering minta pengulangan penjelasan, tidak mengikuti perintah, atau sering mengeluh sakit telinga, dingin dan alergi, suruh mereka untuk memeriksakan diri ke ahli THT ( Patterson & Wright, 1990). Beberapa kemajuan medis dan teknologi, seperti yang disebutkan di sini, juga telah meningkatkan kemampuan belajar anak yang menderita masalah pendengaran (Boyles & Contadino, 1997):
a.       Menempatkan semacam alat ditelinga
b.      Sistem hearing aids dan amplifikasi
c.       Perangkat telekomunikasi, teletypewriter-telephone, dan radiomail.
GANGGUAN FISIK
Gangguan fisik anak antara lain adalah gangguan ortopedik, seperti gangguan karena cedera di otak (cerebral palsy), dan gangguan kejang-kejang (seizure). Banyak anak yang mengalami gangguan fisik ini membutuhkan pendidikan khusus dan pelayanan khusus, seperti transportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan sekolah, dan pelayanan psikologi khusus.
Gangguan Ortopedik
Gangguan ortopedik biasanya berupa keterbatasan gerak atau kurang mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, dan sendi.
Cerebral Palsy
Gangguan yang berupa lemahnya koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas.
GANGGUAN BICARA DAN BAHASA
Gangguan bicara dan bahasa antara lain masalah dalam berbicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan bicara). Gangguan artikulasi adalah problem dalam pengucapan suara secara benar. Gangguan suara tampak dalam ucapan yang tidak jelas, keras, terlalu kencang, terlalu tinggi, atau terlalu rendah. Gangguan kefasihan atau kelancaran bicara biasanya dinamakan “gagap”. Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresi anak.
GANGGUAN PRILAKU DAN EMOSIONAL
Gangguan prilaku dan emosional terdiri dari problem serius dan terus menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosioemosional yang tidak tepat. Kira-kira 8% dari anak yang menderita ketidakmampuan dan memerlukan pendidikan tersendiri termasuk kedalam klasifikasi ini. Anak lelaki tiga kali lebih besar kemungkinannya mengalami gangguan ini dibandingkan anak perempuan (U.S. Department of Education, 2000). Ada bermacam macam istilah untuk mendeskripsikan gangguan emosional dan perilaku, antara lain emotional disturbances, behavior disorders, dan maladjusted children (Coleman & Webber, 2002).

   
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar